Wednesday, September 18, 2013

KESEMUTAN / KEBAS

Kesemutan, atau kebas, adalah “gejala” yang hampir pernah dialami oleh semua orang. Biasanya kesemutan menyerang apabila kita terlalu lama diam, atau berada dalam satu posisi tertentu, misalnya duduk sambil melipat kaki untuk waktu yang lama, atau tangan tertindih badan pada saat tidur.
Kalau sudah kesemutan, biasanya lama-lama terasa kebal, atau bahkan ngilu, namun akan berangsur-angsur hilang jika kita mulai menggerak-gerakkan bagian tubuh yang kesemutan tersebut. Karena sifatnya easy-come-easy-go, maka kita cenderung menganggap kesemutan adalah hal “biasa”, padahal kesemutan justru bisa jadi pertanda adanya hal-hal yang tidak biasa.
Rangsang listrik terhambat

Kesemutan umumnya memang mudah hilang saat bagian tubuh yang kesemutan dikibas-kibaskan atau digerakkan perlahan. Namun ada pula kesemutan yang tidak hilang sendiri. Apabila seseorang mengalami kesemutan di satu bagian tubuh, kemudian menjalar ke bagian tubuh lain di sekitarnya, dan kemudian memperburuk fungsi-fungsi tubuh lainnya, bisa jadi itu adalah manifestasi tumor di bagian depan otak. Sebuah penyakit amat serius dengan gejala awal sepele.

Pada dasarnya kesemutan merupakan suatu gejala manifestasi dari gangguan sistem saraf sensorik akibat rangsang listrik di sistem itu tidak tersalur secara penuh dengan sebab macam-macam. Yang paling sederhana, misalnya, jalan darah tertutup akibat satu bagian tubuh tertentu ditekuk terlalu lama. Pada orang sensitif, tidur miring terlalu lama saja dapat menyebabkan kesemutan. Juga duduk dengan siku ditekuk.

Sistem saraf sensorik mempunyai prosedur kerja baku . Stimulus berupa sentuhan, tekanan, rasa sakit, dan suhu panas atau dingin diterima oleh reseptor di kulit, yang lalu dikirimkan ke saraf tepi, lalu masuk ke dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang. Di sini stimulus diteruskan ke atas sampai ke thalamus (pusat penyebaran utama impuls-impuls sensoris). Dari sini stimulus dikirimkan ke kulit otak ( cerebral cortex ). Baru pada saat inilah apa yang dirasakan tadi disadari oleh si individu.

Kalau ada gangguan dalam jalur sensori baku tadi, timbullah kesemutan. Kesemutan yang tidak disertai gejala-gejala lain biasanya menandakan adanya gangguan pada reseptor di kulit atau pada cabang-cabang saraf tepi. Namun kita mesti lebih waspada jika ada gejala lain di luar kesemutan, seperti dialami Tanto. Bukan hanya kelumpuhan, kesemutan bisa juga disertai gangguan penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, atau lainnya. Kalau ada tumor di otak selain gejala kesemutan atau tebal tadi, ada juga sakit kepala, muntah-muntah, dan kelumpuhan kecil.

Kesemutan sebagai bagian dari gejala penyakit sebenarnya tahap paling awal dari suatu proses kehilangan rasa. Kalau tahap paraesthesia (kesemutan) sudah terlampaui, pasien meningkat pada hypaesthesia (baal) sampai akhirnya mengalami anaesthesia (hilang rasa sama sekali).
Maka bila kesemutan tak hilang hanya dengan dikibaskan, bila tadinya hanya terasa di dua jari kemudian di semua jari, lalu merambat ke tangan; bila tadinya hanya terjadi sekali-sekali namun kini hampir tiap hari, atau bila kesemutannya telah meningkat menjadi baal, itu saatnya kita pergi ke dokter.

Defisiensi vitamin
Kesemutan bisa merupakan gejala penyakit serius, tetapi bisa juga hanya akibat sampingan. Orang yang terlalu banyak berbaring atau kurang gerak, entah karena sakit, lemah, atau obesitas, bisa juga menderita kesemutan akibat bagian-bagian tertentu tubuhnya terus-menerus tertekan. Bahkan penciutan otot bisa juga terjadi. Kasus yang dinamakan neuropathy tekanan ini sering dijumpai pada pasien TBC kronik dan stroke yang lumpuh sebelah dan kurang mendapat perawatan fisioterapi. Istilah neuropati sendiri berkaitan dengan segala macam penyakit, radang atau kerusakan yang menimpa saraf tepi.

Pada pasien jantung, kesemutan tak cuma muncul akibat neuropati tekanan, namun dapat juga timbul karena komplikasi jantung dengan sarafnya. Yang terjadi misalnya, si pasien menjalani operasi pemasangan klep jantung. Saat pemasangan, ada bekuan darah menempel, yang kemudian terbawa aliran darah ke atas, sehingga terjadi embolic cerebral . Bila sumbatan di otak itu kebetulan mengenai daerah yang mengatur sistem sensorik, si penderita akan merasakan kesemutan sebelah. Bila daerah yang mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan juga disertai kelumpuhan.

Pada penderita stroke yang terjadi juga mirip. Bila yang terserang sistem motorik, ia lumpuh. Namun, bila yang terserang sistem sensorik, yang ia rasakan hanya kesemutan atau baal sebelah. Namanya sensoric stroke .

Bagaimana dengan anak-anak? Bila suatu kali Buyung mengeluh, “Ujung-ujung jariku seperti dirambati banyak semut, lalu belakangan ‘semut-semut’ itu seperti merambat ke atas,” besar kemungkinan kesemutan anak ini akibat kekurangan vitamin. Biasanya ini diderita anak-anak yang agak besar. Kesemutan pada anak-anak jarang terjadi, karena jaringan sarafnya masih fleksibel dan anak-anak biasanya lebih aktif bergerak.

Sebagai efek sampingan obat, kesemutan dapat juga timbul, misalnya bila mengkonsumsi INH (obat TBC) atau furadatin (obat infeksi). Di samping itu, kesemutan juga dapat disebabkan oleh faktor imunologi. Poly neuroradiculopathy mengenai akar-akar saraf yang masuk atau meninggalkan tulang belakang dan terjadi karena ada zat-zat tertentu di dalam tubuh yang tidak dapat ditoleransi oleh tubuh.

Pada orang dewasa, kadang-kadang kesemutan itu didahului oleh flu berat. Kesemutan itu semakin menghebat, naik dari ujung jari menjalar sampai ke pusar. Gejalanya berkembang menjadi rasa tebal. Lalu penderita sukar berjalan. Ini gejala radang sumsum tulang belakang, yang terjadi karena serangan virus, biasanya cytomegalovirus .
Bila terjadi infeksi di tulang belakang, bisa dari pusar ke bawah tak dapat digerakkan. Penderita tak dapat mengontrol buang air kecil. Buang air besar pun sulit. Penyakit ini dinamakan myelitis (radang sumsum tulang belakang). Tergantung pada kerusakannya, penyakit ini dapat disembuhkan total, dapat pula cuma sembuh sebagian, tetapi ada juga yang sampai lumpuh.
Maka menghadapi pasien kesemutan, dokter selalu akan menyelidiki bagian tubuh yang mengalami kesemutan, luasnya, tempat awal kesemutan, dan perkembangan kesemutan itu sejak awal. Semua informasi ini akan menunjukkan penyebab masalah. Barangkali pada saraf tepi, pada otot, sumsum tulang belakang, atau bahkan otak.

Diabetes pun bisa
Lucunya, ada orang-orang yang memang condong gampang kesemutan. Bisa karena ia pada dasarnya sensitif. Namun bisa juga hanya karena ia terlampau kurus, sehingga sarafnya bertonjolan. Para penggemar minuman keras pun ada yang akrab dengan kesemutan, bila takaran alkohol yang merasuki tubuhnya sudah terlalu banyak. Soalnya, alkohol merusak metabolisme vitamin B. Pada saat yang bersangkutan kekurangan vitamin B1, timbullah neuropati. Tentu saja, karena vitamin ini salah satu unsur yang diperlukan untuk penghantaran rangsang listrik pada saraf. Dalam hal ini neuropati terjadi bukan karena tekanan, tetapi karena fungsi saraf terganggu.

Seorang pasien datang berkonsultasi kepada dokter. Ia mengeluh kesemutan di tangan, pada tiga ujung jari. Kesemutan itu makin lama makin keras dan digantikan rasa tebal. Saat diraba, ditemukan saraf membesar karena pembengkakan. Bagi si dokter, barangkali informasi terakhir inilah yang dianggap krusial, karena menunjukkan saraf pasien diserang oleh kuman lepra. Ia pun diberi obat-obatan untuk lepra dan baru sembuh setelah 2,5 – 3 tahun. Kesemutannya hilang sama sekali, meski pun ototnya jadi agak mengecil.

Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa tebal. Untuk pegang kancing saja di pagi hari saat berpakaian rasanya tak enak. Namun, di siang hari gejala-gejala itu hilang. Gejala kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya sembuh. Berbeda dengan neuropati diabetes yang pengobatannya membutuhkan waktu 6 bulan – 1 tahun. Karena di sini kesemutan itu tergolong concomitant disease , penyakit yang menyertai, ia harus diobati secara tersendiri.

Timbulnya neuropati pada penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada lamanya si penderita mengidap diabetes. Semakin lama “jam terbang”-nya sebagai penderita diabetes, semakin tinggi kemungkinan “semut-semut” itu muncul. Jadi bisa saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya sendiri terkontrol dengan baik. Yang dirasakan biasanya telapak kaki terasa tebal, kadang-kadang panas (seperti kecabean), kesemutan di ujung jari terus-menerus. Kemudian disertai rasa nyeri yang menikam, seperti ditusuk-tusuk di ujung telapak kaki, terutama pada malam hari.

Bagi mereka yang tidak punya “bakat” khusus untuk kesemutan atau mengidap penyakit tertentu yang salah satu gejalanya kesemutan, ada kiat sederhana bila ingin terhindar dari kesemutan. Hindari posisi tubuh yang tidak enak, seperti nonton TV sambil tiduran atau menulis di lantai sambil tengkurap atau nungging. Bila duduk menulis, duduklah di kursi dengan pantat merapat ke belakang dan punggung lurus menempel pada sandaran. Dengan sendirinya, pilihlah kursi yang ergonomik.

Namun mereka yang terlalu sensitif sehingga gampang kesemutan pun dapat mengurangi kecenderungannya dengan berolah raga secara kontinyu, sambil tetap menjaga sikap tubuh yang baik, mempertahankan pola makan sehat, dan menghindari stres. Ternyata dalam hal kesemutan pun kita tidak terhindar dari resep klasik yang telah diajarkan ayah ibu dan kakek-nenek kita. Ingin jauh dari kesemutan, jauhilah penyakit dengan melakukan hal-hal yang menyehatkan.

Sumber : ikatanapotekerindonesia net

No comments:

Post a Comment