Kesemutan, atau kebas, adalah “gejala”
yang hampir pernah dialami oleh semua orang. Biasanya kesemutan
menyerang apabila kita terlalu lama diam, atau berada dalam satu posisi
tertentu, misalnya duduk sambil melipat kaki untuk waktu yang lama, atau
tangan tertindih badan pada saat tidur.
Kalau sudah kesemutan, biasanya lama-lama terasa kebal, atau bahkan
ngilu, namun akan berangsur-angsur hilang jika kita mulai
menggerak-gerakkan bagian tubuh yang kesemutan tersebut. Karena sifatnya
easy-come-easy-go, maka kita cenderung menganggap kesemutan adalah hal
“biasa”, padahal kesemutan justru bisa jadi pertanda adanya hal-hal yang
tidak biasa.
Rangsang listrik terhambat
Kesemutan umumnya memang mudah hilang saat bagian tubuh yang
kesemutan dikibas-kibaskan atau digerakkan perlahan. Namun ada pula
kesemutan yang tidak hilang sendiri. Apabila seseorang mengalami
kesemutan di satu bagian tubuh, kemudian menjalar ke bagian tubuh lain
di sekitarnya, dan kemudian memperburuk fungsi-fungsi tubuh lainnya,
bisa jadi itu adalah manifestasi tumor di bagian depan otak. Sebuah
penyakit amat serius dengan gejala awal sepele.
Pada dasarnya kesemutan merupakan suatu gejala manifestasi dari
gangguan sistem saraf sensorik akibat rangsang listrik di sistem itu
tidak tersalur secara penuh dengan sebab macam-macam. Yang paling
sederhana, misalnya, jalan darah tertutup akibat satu bagian tubuh
tertentu ditekuk terlalu lama. Pada orang sensitif, tidur miring terlalu
lama saja dapat menyebabkan kesemutan. Juga duduk dengan siku ditekuk.
Sistem saraf sensorik mempunyai prosedur kerja baku . Stimulus berupa
sentuhan, tekanan, rasa sakit, dan suhu panas atau dingin diterima oleh
reseptor di kulit, yang lalu dikirimkan ke saraf tepi, lalu masuk ke
dalam susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang. Di sini stimulus
diteruskan ke atas sampai ke thalamus (pusat penyebaran utama
impuls-impuls sensoris). Dari sini stimulus dikirimkan ke kulit otak (
cerebral cortex ). Baru pada saat inilah apa yang dirasakan tadi
disadari oleh si individu.
Kalau ada gangguan dalam jalur sensori baku tadi, timbullah
kesemutan. Kesemutan yang tidak disertai gejala-gejala lain biasanya
menandakan adanya gangguan pada reseptor di kulit atau pada
cabang-cabang saraf tepi. Namun kita mesti lebih waspada jika ada gejala
lain di luar kesemutan, seperti dialami Tanto. Bukan hanya kelumpuhan,
kesemutan bisa juga disertai gangguan penglihatan, pendengaran, gabungan
keduanya, atau lainnya. Kalau ada tumor di otak selain gejala kesemutan
atau tebal tadi, ada juga sakit kepala, muntah-muntah, dan kelumpuhan
kecil.
Kesemutan sebagai bagian dari gejala penyakit sebenarnya tahap paling
awal dari suatu proses kehilangan rasa. Kalau tahap paraesthesia
(kesemutan) sudah terlampaui, pasien meningkat pada hypaesthesia (baal)
sampai akhirnya mengalami anaesthesia (hilang rasa sama sekali).
Maka bila kesemutan tak hilang hanya dengan dikibaskan, bila tadinya
hanya terasa di dua jari kemudian di semua jari, lalu merambat ke
tangan; bila tadinya hanya terjadi sekali-sekali namun kini hampir tiap
hari, atau bila kesemutannya telah meningkat menjadi baal, itu saatnya
kita pergi ke dokter.
Defisiensi vitamin
Kesemutan bisa merupakan gejala penyakit serius, tetapi bisa juga
hanya akibat sampingan. Orang yang terlalu banyak berbaring atau kurang
gerak, entah karena sakit, lemah, atau obesitas, bisa juga menderita
kesemutan akibat bagian-bagian tertentu tubuhnya terus-menerus tertekan.
Bahkan penciutan otot bisa juga terjadi. Kasus yang dinamakan
neuropathy tekanan ini sering dijumpai pada pasien TBC kronik dan stroke
yang lumpuh sebelah dan kurang mendapat perawatan fisioterapi. Istilah
neuropati sendiri berkaitan dengan segala macam penyakit, radang atau
kerusakan yang menimpa saraf tepi.
Pada pasien jantung, kesemutan tak cuma muncul akibat neuropati
tekanan, namun dapat juga timbul karena komplikasi jantung dengan
sarafnya. Yang terjadi misalnya, si pasien menjalani operasi pemasangan
klep jantung. Saat pemasangan, ada bekuan darah menempel, yang kemudian
terbawa aliran darah ke atas, sehingga terjadi embolic cerebral . Bila
sumbatan di otak itu kebetulan mengenai daerah yang mengatur sistem
sensorik, si penderita akan merasakan kesemutan sebelah. Bila daerah
yang mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan juga disertai
kelumpuhan.
Pada penderita stroke yang terjadi juga mirip. Bila yang terserang
sistem motorik, ia lumpuh. Namun, bila yang terserang sistem sensorik,
yang ia rasakan hanya kesemutan atau baal sebelah. Namanya sensoric
stroke .
Bagaimana dengan anak-anak? Bila suatu kali Buyung mengeluh,
“Ujung-ujung jariku seperti dirambati banyak semut, lalu belakangan
‘semut-semut’ itu seperti merambat ke atas,” besar kemungkinan kesemutan
anak ini akibat kekurangan vitamin. Biasanya ini diderita anak-anak
yang agak besar. Kesemutan pada anak-anak jarang terjadi, karena
jaringan sarafnya masih fleksibel dan anak-anak biasanya lebih aktif
bergerak.
Sebagai efek sampingan obat, kesemutan dapat juga timbul, misalnya
bila mengkonsumsi INH (obat TBC) atau furadatin (obat infeksi). Di
samping itu, kesemutan juga dapat disebabkan oleh faktor imunologi. Poly
neuroradiculopathy mengenai akar-akar saraf yang masuk atau
meninggalkan tulang belakang dan terjadi karena ada zat-zat tertentu di
dalam tubuh yang tidak dapat ditoleransi oleh tubuh.
Pada orang dewasa, kadang-kadang kesemutan itu didahului oleh flu
berat. Kesemutan itu semakin menghebat, naik dari ujung jari menjalar
sampai ke pusar. Gejalanya berkembang menjadi rasa tebal. Lalu penderita
sukar berjalan. Ini gejala radang sumsum tulang belakang, yang terjadi
karena serangan virus, biasanya cytomegalovirus .
Bila terjadi infeksi di tulang belakang, bisa dari pusar ke bawah tak
dapat digerakkan. Penderita tak dapat mengontrol buang air kecil. Buang
air besar pun sulit. Penyakit ini dinamakan myelitis (radang sumsum
tulang belakang). Tergantung pada kerusakannya, penyakit ini dapat
disembuhkan total, dapat pula cuma sembuh sebagian, tetapi ada juga yang
sampai lumpuh.
Maka menghadapi pasien kesemutan, dokter selalu akan menyelidiki
bagian tubuh yang mengalami kesemutan, luasnya, tempat awal kesemutan,
dan perkembangan kesemutan itu sejak awal. Semua informasi ini akan
menunjukkan penyebab masalah. Barangkali pada saraf tepi, pada otot,
sumsum tulang belakang, atau bahkan otak.
Diabetes pun bisa
Lucunya, ada orang-orang yang memang condong gampang kesemutan. Bisa
karena ia pada dasarnya sensitif. Namun bisa juga hanya karena ia
terlampau kurus, sehingga sarafnya bertonjolan. Para penggemar minuman
keras pun ada yang akrab dengan kesemutan, bila takaran alkohol yang
merasuki tubuhnya sudah terlalu banyak. Soalnya, alkohol merusak
metabolisme vitamin B. Pada saat yang bersangkutan kekurangan vitamin
B1, timbullah neuropati. Tentu saja, karena vitamin ini salah satu unsur
yang diperlukan untuk penghantaran rangsang listrik pada saraf. Dalam
hal ini neuropati terjadi bukan karena tekanan, tetapi karena fungsi
saraf terganggu.
Seorang pasien datang berkonsultasi kepada dokter. Ia mengeluh
kesemutan di tangan, pada tiga ujung jari. Kesemutan itu makin lama
makin keras dan digantikan rasa tebal. Saat diraba, ditemukan saraf
membesar karena pembengkakan. Bagi si dokter, barangkali informasi
terakhir inilah yang dianggap krusial, karena menunjukkan saraf pasien
diserang oleh kuman lepra. Ia pun diberi obat-obatan untuk lepra dan
baru sembuh setelah 2,5 – 3 tahun. Kesemutannya hilang sama sekali,
meski pun ototnya jadi agak mengecil.
Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa tebal. Untuk pegang
kancing saja di pagi hari saat berpakaian rasanya tak enak. Namun, di
siang hari gejala-gejala itu hilang. Gejala kesemutan karena rematik
hilang sendiri bila rematiknya sembuh. Berbeda dengan neuropati diabetes
yang pengobatannya membutuhkan waktu 6 bulan – 1 tahun. Karena di sini
kesemutan itu tergolong concomitant disease , penyakit yang menyertai,
ia harus diobati secara tersendiri.
Timbulnya neuropati pada penderita diabetes tidak tergantung pada
kadar gula darah, tetapi pada lamanya si penderita mengidap diabetes.
Semakin lama “jam terbang”-nya sebagai penderita diabetes, semakin
tinggi kemungkinan “semut-semut” itu muncul. Jadi bisa saja seorang
penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya sendiri terkontrol
dengan baik. Yang dirasakan biasanya telapak kaki terasa tebal,
kadang-kadang panas (seperti kecabean), kesemutan di ujung jari
terus-menerus. Kemudian disertai rasa nyeri yang menikam, seperti
ditusuk-tusuk di ujung telapak kaki, terutama pada malam hari.
Bagi mereka yang tidak punya “bakat” khusus untuk kesemutan atau
mengidap penyakit tertentu yang salah satu gejalanya kesemutan, ada kiat
sederhana bila ingin terhindar dari kesemutan. Hindari posisi tubuh
yang tidak enak, seperti nonton TV sambil tiduran atau menulis di lantai
sambil tengkurap atau nungging. Bila duduk menulis, duduklah di kursi
dengan pantat merapat ke belakang dan punggung lurus menempel pada
sandaran. Dengan sendirinya, pilihlah kursi yang ergonomik.
Namun mereka yang terlalu sensitif sehingga gampang kesemutan pun
dapat mengurangi kecenderungannya dengan berolah raga secara kontinyu,
sambil tetap menjaga sikap tubuh yang baik, mempertahankan pola makan
sehat, dan menghindari stres. Ternyata dalam hal kesemutan pun kita
tidak terhindar dari resep klasik yang telah diajarkan ayah ibu dan
kakek-nenek kita. Ingin jauh dari kesemutan, jauhilah penyakit dengan
melakukan hal-hal yang menyehatkan.
Sumber : ikatanapotekerindonesia net